Monday, April 10, 2017

Museum Gula Jawa Tengah

MUSEUM
Banyak daerah memiliki pabrik gula. Tapi hanya Klaten, Jawa Tengah yang memiliki Museum Gula. Beragam koleksinya dapat membuat kita kagum dan bangga. Museum Gula Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, termasuk dalam wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Letak museum sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo.

Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi, pertimbangan bahwa perkembangan industri sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Gagasan pertama dimulculkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan dukungan penuh dari Bapak Ir. Waryatno, direktur utama PTP. XV – XVI (persero). Peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di Pasuruan Jawa Timur yang dihadiri para ahli gula seluruh dunia.

Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa. Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavotary, dan musholla, seta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi. Status penyelenggaraan museum dilaksanakan oleh PTP. XV – XVI (Persero)yang berkedudukan di Surakarta dan dikelola oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.
Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman tebu bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara lain:
·         foto pabrik gula lama,
·         foto upacara giling pertama,
·         tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain.

Rumah hunian yang sejak tahun 80-an resmi menjadi museum itu, pagi-pagi sudah dibuka untuk umum, walau belum terlihat petugas berjaga.
ü  Di dalam ruang pendaftaran saja, ada berbagai koleksi yang dapat kita simak, mulai dari maket pabrik gula (secara umum), beberapa toples berisi beberapa produk pabrik gula sampai limbahnya (seperti gula pasir, tetes tebu, ampas tebu, dsb), hingga koleksi macam-macam tanda mata dari pengunjung.
ü  Di ruang berikutnya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang. Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manualmodern) dan alat laboratorium.
ü  Terlebih lagi di ruang berikutnya. Beberapa koleksi di ruang ini mungkin dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab disana dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.
Di sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini. Disana juga ada sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan).


Potensi Wisata Pabrik Gula Gondang Baru

Potensi Wisata Pabrik Gula Gondang Baru
Beranjak dari ajaran tata nilai kearifan lokal dalam proses produksi gula sebagaimana inti dari abstraksi diatas nampaknya keberadaan gula, petani, dan pabrik gula memiliki hubungan yang sinergis dan strategis untuk dilakukan pengembangan (diversifikasi) yang tidak hanya berorientasi pada motif ekonomi (keuntungan) semata akan tetapi juga mengajarkan secara massif kepada khalayak tentang pentingnya keberlanjutan industri gula bagi generasi muda sebagai tonggak generasi pembangunan dimasa yang akan datang.


Memang harus ditingkatkan pentingnya kepedulian institusi untuk menciptakan keselarasan lingkungan dan sosial bagi peningkatan diversifikasi industri gula dalam skala lokal, regional, nasional, bahkan internasional melalu strtaegi pengembangan industri gula yang berlandaskan pada wisata kesejarahan pabrik gula nusantara.
HOME STAY


Sebagai salah satu peninggalan penjajah (Belanda), Pabrik Gula Gondang Baru ini dapat menjadi  alternatif wisata sejarah yang menarik di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Klaten, mengingat bangunan pakbrik itu sendiri dan berbagai peninggalan kuno nan klasik seperti lokomotif tua dan mesin-mesin tua pembuat gula pada masa itu tentunya.

MUSEUM GULA


Peninggalan-peninggalan tersebut dimanfaatkan dengan baik. Baru-baru ini pengelola pabrik gula tersebut mengembangkan wisata menarik untuk masyarakat diantaranya :
1.      Kunjungan kebun tebu dan Pabrik,
2.      Museum dan Perpustakaan,
3.      Auditorium,
4.      Home Stay,
5.      Alat Transportasi Pengangkut Tebu Tempo Dulu,
6.      Coffee Shop dan
7.      Green Park merupakan area bermain untuk anak-anak.
8.      Loko Uap dapat digunakan mengangkut pengunjung yang ingin mengelilingi area pakbrik gula tersebut.

LOKO


 Selain untuk berwisata, tempat ini ternyata juga dapat dijadikan untuk :
ü  foto pre-wedd bagi yang menginginkan konsep foto kuno klasik,
ü  Pernikahan atau acara-acara yang lain karena di Pabrik Gula Gondang Baru juga menyewakan tempat yang sangat cocok dan tepat buat acara tersebut,
ü  Syuting Film,
ü  Syuting Video Clip, dll.

GREEN PARK


Sekarang di tahun 2017 management mengembangkan usaha dibidang kuliner dengan konsep yang berbeda, diantaranya :
 Resto Gondang Baru, dengan suasana klasik bangunan dan foto – foto lama. 
Sekarang d'Gonba Resto sudah mulai dengan formasi kerja yang baru, dengan tampilan penyajian, porsian, serta cita rasa masakan yang bisa bersaing dengan restoran yang lain, selain itu juga ada penambahan menu yang lain, dari minuman, snack, dan makan besar.

SOTO AYAM / SOTO SAPI
se

NASI GORENG SEDERHANA
NASI GORENG SPECIAL
NASI GORENG TERI
NASI GORENG MERCON


JUICE MIX DAN MENDOAN



TAHU CRISPY


BAKMI KUAH / GORENG
BIHUN KUAH / GORENG
CAP CAI KUAH / GORENG


SEMUA Menu d'Gonba Resto harganya semua
" TERJANGKAU "
jadi jangan takut datang mencoba,
 saya yakin anda tidak akan kecewa, 
JANGAN LUPA JUGA AJAK TEMENNYA


ü  Angkringan, dengan suasana taman yang sejuk dan nyaman.



⇦Back         Next⇨

5 Tahap dalam Pembuatan Gula dan Tetes

PROSES PRODUKSI

Untuk  menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas kita harus menjaga serangkain proses yang harus dijaga keefisiennya, meliputi :

1.      Penyediaan Bahan Baku Tebu ( Mutu Tebu )

Proses pembuatan gula  dimulai dari penyediaan bahan baku tebu, baik jumlah ( Kuantitas ), maupun mutunya ( Kualitas ).
Mutu bahan baku tebu yang disediakan harus memenuhi criteria MBS ( Manis, Bersih, Segar ).
Jumlah bahan baku harus disesuaikan dengan kapasitas giling yang ditetapkan.
Kecermatan pada pekerjaan dibidang ini meberikan andil tidak kurang dari 65% terhadap perolehan rendemen tebu yang akan dihasilkan nanti.

2.      Stasiun Penimbangan Tebu
Tebu-tebu yang didapat dari lahan tebu baik milik pg ataupun milik petani ditimbang dan diangkat menggunakan lori-lori. Tebu-tebu tersebut tidak boleh terlalu lama kena sinar matahari karena akan mengurangi tingkat rendemen tebu tersebut. Rendemen tebu adalah kadar nira yang berada di dalam tebu dan akan diolah menjadi gula.

3.      Stasiun Gilingan
Tebu yang sudah disiapkan bagian Tebang dan Angkut, setelah ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian dibawa ke setasiun Gilingan menggunakan lori, dari lori diangkat ke Meja Tebu menggunakan Crane, kemudian diperah di gilingan untuk menghasilkan Nira Mentah dan memisahkan ampasnya.


Untuk memperoleh angka Efisiensi ( hasil pemerahan nira ) yang setinggi-tingginya (memperoleh pol ampas gilingan akhir yang serendah-rendahnya dan zat kering ampas setinggi-tingginya) dipengaruhi beberapa factor, diantaranya :
1.      Susunan/Jumlah, ukuran kekuatan mesin penggerak alat pengerjaan pendahuluan.
2.      Susunan/Jumlah, ukuran Gilingan dan kekuatan mesin penggeraknya.
3.      Perhitungan setelan gilingan.
4.      Pengoprasian dan pengawasan gilingan, terutama dalam hal :
ü  PI (Preparation Index ).
ü  Kapasitas giling dan Jam berhenti giling.
ü  Putaran rol atas gilingan ( pengumpanan ampas masuk ke rol golingan ).
ü  Pemberian air imbibisi ( cara, jumlah, dan suhu ) dan imbibisi nira.
ü  Kebersihan Giligan.
ü  Reseting setelan gilingan ( bila diperlukan ).

4.      Proses Pengolahan
Nira mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan sebelum diproses lebih lanjut harus pula ditimbang lebih dahulu untuk mengetahui beratnya juga untuk mengetahui berapa % pol dan % brix ( untuk mudahnya, % pol = Gula dan % brix = Tetes ).
Untuk mengolah nira mentah menjadi SHS dan Tetes melalui 4 stasiun yaitu :
1.      Stasiun Pemurnian
Stasiun Pemurnian bertugas untuk mengolah nira mentah menjadi nira jernih dan blotong dengan menekan sekecil mungkin kehilangan Kristal/pol.
Bahan Pembantu dalam mengolah nira mentah antara lain :
ü  Kapur ( untuk membuat susu kapur ),
ü  Belerang ( untuk membuat gas SO2 ),
ü  Flokulant ( untuk mempercepat pengendapan kotoran, dll.
Indikasi bahwa stasiun Pemurnian bekerja dengan baik  adalah Nira jernih yang dihasilkan sangat jernih dan Blotong yang dihasilkan tidak banyak mengandung gula.
2.      Stasiun Penguapan

Tugas dari Stasiun Penguapan adalah sesuai dengan namanya yaitu menguapkan air yang dikandung didalam nira jernih sampai pada batas kekentalan tertentu ( lazimnya ± 30º Be ) yang disebut dengan Nira Kental, nira kental dialiri dengan gas SO2 agar hasil gulanya bisa diperoleh lebih putih, kemudian dikirim ke stasiun Masakan.
Catatan:
Air yang diuapkan ditangkap, ditampung untuk pengisi Ketel Uap dan untuk keperluan proses lainnya.
3.      Stasiun Masakan

Stasiun Masakan bertugas mengambil hasil gula dan tetes melalui beberapa tingkatan yaitu dengan cara ACD artinya, Nira Kental dimasak pertama di masakan A ( dipisahkan Gula dan Stropnya ) menjadi produksi SHS dan Strop A, Strop A dimasak kedua di masakan C, diputar menghasilkan Gula C dan Strop C, Strop C dimasak di masakan D kemudian diputar menghasilkan Gula D dan Tetes.
4.      Stasiun Pendingin

Stasiun Pendingin bertugas untuk menampung hasil dari stasiun masakan ke dalam palung pendingin untuk didinginkan.
Tujuannya agar gula yang masih terlarut dalam cairan/strop dapat menempel pada butir-butir Kristal yang sudah terbentuk, sehingga bisa terbentuk butir Kristal yang lebih besar lagi, proses ini biasa disebut na-kristalisasi atau proses kristalisasi lanjutan.
Untuk waktu pendinginnannya haruslah cukup, karena masing-masing jenis masakan waktu pendinginannya berbeda-beda, diantaranya Masakan A sekitar 2 jam, Masakan C sekitar 3 jam, Masakan D tidak kurang lebih  dari 30 jam.
5.      Stasiun Putaran
Stasiun bertugas untuk memeisahkan Gula dan Strop untuk masing masing masakan.

Cara kerja stasiun Putaran :
Masakan A diputar 2 x , artinya masakan A diputar pertama, menghasilkan Gula A dan Strop A, kemudian gula A diputaran ke dua menjadi gula SHS dan klare SHS. Gula SHS dikirim ke stasiun Penyelesaian Akhir/ Sugar Handling, klare SHS dikirim ke masakan untuk dimasak lagi, sedangkan Strop A dikirim ke masakan C untuk dimasak lagi.
 Masakan C diputar 1 x , menghasilkan Gula C dan Strop C, kemudian gula C Gula C dijadikan bibitan di Masakan A, sedangkan Strop C dikirim ke masakan D untuk dimasak lagi.
Masakan D diputar 2 x , artinya masakan A diputar pertama, menghasilkan Gula D1 dan Strop D ( disebut Tetes ), kemudian gula D1 diputaran ke dua menjadi gula D2 dan klare D. Tetes setelah ditimbang dimasukkan ke pemapungan Tetes, lalau klare D dikirim ke Stasiun Masakan untuk dimasak lagi.
6.      Stasiun Penyelesaian Akhir

Stasiun Penyelesaian Akhir/ Sugar Handling, bertugas mengeringkan Gula SHS dari stasiun putaran gula menggunakan Sugar Dryer & Cooler, lalu disaring, dari hasil penyaringan didapatkan gula Produk, gula Krikilan dan gula Abu. Gula Abu dan gula Krikilan dilembur kembali di stasiun Masakan dolah kembali menjadi gula. Sedangkan gula produk dikemas dalam karung 50kg dan dicek berat Timbangannya dan langsung dimasukan ke dalam gudang.
5.      Faktor Pendukung
Agar proses pengolahan tebu  menjadi gula dan tetes berjalan dengan baik ( efektif dan efisien ) dan diperoleh rendemen tebu setinggi-tingginya, antara lain :
ü  Kelancaran dan Keajegan Giling.
ü  Kecukupan Penyediaan Uap ( Steam ).

ü  Kebersihan dalam pabrik ( peralatan dan lingkungan kerja )

⇦Back         Next⇨

Museum Gula Jawa Tengah

MUSEUM Banyak daerah memiliki pabrik gula. Tapi hanya Klaten, Jawa Tengah yang memiliki Museum Gula. Beragam koleksinya dapat membuat kit...